Sejagat Raya Ampunan Dengan Tauhid
Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin
Sejagat Raya Ampunan Dengan Tauhid adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 29 Safar 1443 H / 06 Oktober 2021 M.
Kajian Tentang Sejagat Raya Ampunan Dengan Tauhid
Dan Imam Tirmidzi memiliki riwayat -beliau menghasankan riwayat tersebut- dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
قال الله تعالى يا بن آدم لو أتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً لأتيتك بقرابها مغفرة
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau jika mendatangiKu dengan membawa sejagat raya dosa dan kesalahan, kemudian engkau menemuiKu dalam keadaan tidak mensyirikkanKu dengan sesuatu apapun, sungguh Aku akan datangi engkau dengan sejagat raya ampunan.`” (HR. Tirmidzi)
Inilah dalil kelima yang dibawakan oleh penulis Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul wahhab Rahimahullahu Ta’ala di dalam bab yang pertama.
Menit ke-16:03 Ini menunjukkan keutamaan tauhid. Yaitu mengampuni dosa sebesar apapun selama tidak melakukan kesyirikan.
“Kemudian engkau menemuiKu dalam keadaan tidak mensyirikkanku dengan sesuatu apapun”. Ini adalah syarat yang berat di dalam janji akan mendapatkan ampunan. Dan syaratnya tersebut adalah selamat dari kesyirikan, baik yang besarnya ataupun yang kecilnya, yang banyaknya ataupun yang sedikitnya. Dan tidak selamat dari itu kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah hati yang selamat (dari kesyirikan), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩﴾
“Pada hari kiamat tidak bermanfaat harta apapun dan juga anak-anak, kecuali seorang yang datang menemui Allah dengan membawa hati yang selamat (dari kesyirikan).” (QS. Asy-Syuara`[26]: 88-89)
Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali berkata: “Siapa yang datang dengan kesalahan dan dosa sejagat raya disertai dengan tauhid, pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menemuinya dengan sejagat raya ampunan.”
Bahkan Ibnu Rajab berkata: “Jika telah sempurna tauhid seorang hamba dan keikhlasannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala didalamnya, dan dia juga menegakkan syarat-syarat tauhid dengan hati, lisan dan anggota tubuhnya, atau dengan hati dan lisannya saat meninggal, maka hal tersebut akan mendatangkan ampunan setelahnya dari apa yang telah lalu dari dosa-dosa seluruhnya dan menahannya dari masuk ke dalam neraka sama sekali.
Maka siapa yang hatinya merealisasikan tauhid, maka akan keluar dari hatinya setiap apa saja dari selain Allah; rasa cinta, pengagungan, kemuliaan, penghormatan, rasa takut, rasa tawakkal kepada selain Allah. Pada saat inilah tauhid tersebut akan membakar kesalahan-kesalahannya seluruhnya meskipun dosanya seperti buih di lautan.”
Ibnul Qayyim menjelaskan makna hadits ini bahwa dimaafkan untuk ahli tauhid yang benar-benar murni (yang tidak tercampur dengan kesyirikan) apa yang tidak dimaafkan bagi yang tidak bertauhid. Jikalau seorang ahli tauhid bertemu dengan Tuhannya membawa sejagat raya dosa-dosa, maka Allah akan mendatanginya dengan sejagat raya ampun. Dan hal ini tidak terjadi bagi siapa yang kurang tauhidnya. Sesungguhnya tauhid yang murni yang tidak tercampuri kesyirikan apapun tidak akan menyisakan dosa kecuali dihapuskannya. Karena tauhid yang seperti itu mengandung kecintaan kepada Allah pengagungan terhadapNya, rasa takut dan harap kepadaNya, juga rasa cinta yang mengakibatkan dicucinya dosa-dosa tersebut walaupun sepenuh bumi. Maka najis-najis yang ada akan hilang dengan sangat cepat.
Di dalam hadits ini terdapat faedah tentang banyaknya pahala tauhid, luasnya karunia Allah, dan luasnya rahmat Allah.
Di dalam hadits ini juga terdapat bantahan terhadap sekte Khawarij (orang-orang yang mengkafirkan seorang Muslim karena melakukan dosa). Aqidah Khawarij yang menyimpangnya adalah apabila ada seorang muslim melakukan dosa besar maka dia kafir. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa sebesar apapun selama dia tidak menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hadits ini juga merupakan bantahan kaum Mu’tazilah. Mereka mengatakan bahwa pelaku dosa besar itu di sebuah kedudukan antara dua kedudukan (tidak di neraka, tidak di surga).
Dan pendapat yang kuat tentang permasalahan pelaku dosa besar selain dosa kesyirikan, maka menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah tidak diambil darinya kata iman. Jika ada Muslim yang berzina maka dia tetap dikatakan sebagai seorang Mukmin. Tetapi tidak dinyatakan dia sebagai seorang mukmin secara mutlak, akan tetapi orang beriman yang bermaksiat atau dia seorang yang beriman dengan imannya dan fasik karena dosa besarnya.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari kita download dan simak mp3 kajiannya.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50832-sejagat-raya-ampunan-dengan-tauhid/